Nama
Dusun Tangkep di Desa Jatijejer Kecamatan Trawas ini mungkin terdengar aneh.
Barangkali ini satu-satunya nama dusun paling unik di seluruh dunia hehehe..
Tangkep atau jika di bahasa
Indonesiakan menjadi "tangkap" ini seakan menunjukkan kegarangan nya
soal tangkap-menangkap.
Menurut Mbah Kusen
(80th-an); seorang lelaki yang telah lebih dari 20 tahun hidup dan tinggal di
sebuah Goa dikenal dengan nama Goa Putih yang berada di dalam hutan nan sepi
dan jauh dari perkampungan penduduk Tangkep (hanya dapat ditempuh dengan jalan
kaki sekitar 10 menit dari Obis Camp melewati jalanan setapak, lumayan
berkeringat sih tapi asik pemandangan alamnya).
Tangkep itu "Nangkep
Kamurkan" (menangkap keangkara-murkaan) sebagaimana di gambarkan dalam
kisah pertarungan antara Mahesa Suro yg merepresentasikan kejahatan (manusia
berkepala kerbau) dan Subali Noto sebagai kebaikan, begitu sengitnya
pertarungan itu Mahesa Suro di hajar di hempaskan ke tebing dan yang menang
adalah 'kebaikan' artinya simbol keangkara-murkaan itu akhirnya berhasil di
tangkap!!.
Goa Putih ini juga dikenal dengan sebutan Goa Selo Mertangkep sebagai tempat mendhito-nya (mundi2 toto) Subali Noto. Karena sebenarnya asal usul dusun Tangkep berasal dari Goa Putih ini.Kisah pertarungan itu yang meng"inspirasi" Mbah Radiman dan Mbah Samiyah memberi nama dusun ini. Beliau berdua adalah sepasang suami istri yg membabah alas dusun Tangkep, tinggalnya pun di Goa Putih ini.
Goa Putih ini juga dikenal dengan sebutan Goa Selo Mertangkep sebagai tempat mendhito-nya (mundi2 toto) Subali Noto. Karena sebenarnya asal usul dusun Tangkep berasal dari Goa Putih ini.Kisah pertarungan itu yang meng"inspirasi" Mbah Radiman dan Mbah Samiyah memberi nama dusun ini. Beliau berdua adalah sepasang suami istri yg membabah alas dusun Tangkep, tinggalnya pun di Goa Putih ini.
Di jaman modern seperti
sekarang inipun masyarakat Tangkep masih sering mendengar tapak dan suara kuda
meringkik di sekitar jalanan menuju Goa Putih. Biasanya di
Jumat Legi Joko Resi (putra Mbah Samiyah dan Mbah Radiman) mengunjungi orang
tuanya di Goa Putih dengan mengendarai Kuda dari Gunung Jambe (anak gunung
penanggungan berada di desa Kedungudi).
Mbah Radiman ini juga
membabat alas di 2 dusun lainnya yaitu Dusun Saradan dan Mojodadi di desa
Purworejo Kecamatan Pungging. Ini bisa dibuktikan dengan saluran air yang
dibuat dari Sumber air di dusun Tangkep di alirkan ke 2 dusun tersebut. Padahal
dusun Tangkep ini tidak berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Pungging.
Luar Biasa perjuangan Mbah Radiman dulu...
Kabarnya di Mojodadi ada
makam Mbah Radiman tapi menurut Mbah Kusen itu adalah petilasannya karena Jasad
Mbah Radiman dan Mbah Samiyah ini Sirna begitu saja. Sehingga saya menduga
kisaran masa hidup Mbah Radiman ini sebelum Kerajaan Majapahit atau di awal
pemerintahan Majapahit. Karena kalo ada makam artinya era Islam mulai masuk di
Majapahit dan itu di akhir menjelang keruntuhan Majapahit.
Mbah Kusen ini meyakini
bahwa beliau mendapat bisikan suara alam untuk terus melestarikan peninggalan
para leluhur dengan hidup dan tinggal di Goa Putih ini. Karena siapapun yang
datang ke Goa Putih ini akan belajar Bangun Jiwa untuk mencari ketenangan hati.
Sedikit gambaran tentang Goa
Putih ini bisa menampung 100 orang terbilang luas, sesuai namanya goa yg di
dominasi batu2an yang melingkupinya ini berwarna putih. Kerenn khan..
kondisinya bersih dan nyaman banget. Saya sangat betah berlama-lama dengan
suasananya sampai tak terasa waktu Maghrib tiba.
Tidak salah bila Mbah Kusen
bilang Goa putih ini adalah "Istana Kedamaian", istana siapapun yang
datang kesini karena bikin adem di hati.
Berikut ini foto-foto goa putih........
0 komentar:
Posting Komentar